Jakarta - Seorang pria berusia awal 20-an telah menerima transplantasi sel punca pembuat sperma pertama di dunia dalam prosedur baru yang dapat menjadi terobosan untuk pengobatan infertilitas.
Sampai sekarang, prosedur ini hanya diuji pada hewan. Tapi transplantasi 'pabrik sperma' atau sel pembuat sperma tersebut berhasil memungkinkan tikus dan monyet jantan untuk menjadi ayah dari keturunannya.
Diberitakan Live Science, pasien ini didiagnosis azoospermia, suatu kondisi yang menyebabkan tidak ada sperma dalam ejakulasinya dan membuatnya tak mungkin untuk mengandung anak secara alami, setelah menerima kemoterapi untuk mengobati kanker tulang yang diidapnya saat masih anak-anak. Untuk uji klinis ini, dokter menanamkan sel induk pria itu sendiri, yang dipanen dan dibekukan selama masa kecilnya sebelum dia menjalani kemoterapi, ke dalam sistem reproduksinya.
Dalam kasus ini, para dokter menggunakan sel induk pembentuk sperma, yang ada di testis saat lahir dan kemudian matang menjadi sel sperma selama masa pubertas. Jika transplantasi berhasil, pasien sudah mulai memproduksi sperma.
Belum ada sel sperma yang terdeteksi dalam air maninya, tetapi USG mengkonfirmasi kadar hormonnya dan prosedurnya tidak merusak jaringan testis pria itu.
Ke depan, para dokter akan menganalisis sampel air maninya dua kali setahun untuk melihat apakah itu mengandung sel sperma.
"Jika disempurnakan dan terbukti aman, transplantasi sel induk spermatogonial (SSC) bisa menjadi teknik pemulihan kesuburan yang revolusioner bagi pria yang telah kehilangan kemampuan untuk memproduksi sperma," kata Dr Justin Houman, asisten profesor urologi di Cedars-Sinai Medical Center yang tidak terlibat dalam penelitian ini, kepada Live Science.
Perawatan ini mungkin terbukti sangat bermanfaat bagi pasien kanker lain yang menerima kemoterapi sebelum pubertas, dan dengan demikian mengembangkan azoospermia, atau pria dengan 'kegagalan testis genetik'.